Rabu, 28 Oktober 2015

Bapak Tua Si Penjual Balon Keliling

Feature Human Interest



Bapak Tua Si Penjual Balon Keliling



Depok, 27/10/2015 seorang bapak tua yang bernama Ayi Alwi yang biasanya di sapa pak Alwi masih semangat mengayuh sepeda kumbangnya disekeliling perumahan Grand Depok City  (kota kembang) . Dia bekerja sebagai tukang balon gas sudah hampir 10 tahun lebih tanpa memiliki pekerjaan sampingan. Tiap hari dia menjalani kerjaan itu penuh dengan semangat dan tanpa sedikitpun keluhan yang keluar dari dirinya.

Walaupun hanya bekerja sebagai tukang balon keliling bapak tiga anak ini mampu untuk menghidupi ketiga anak dan istrinya. Meskipun hasil dari penjualan balon itu tidak seberapa, tetapi dia tidak pernah mengeluh atas apa yang beliau dapat dalam menjual balon tersebut. Kalau difikir-fikir penghasilan yang didapat itu tidak cukup untuk kebutuhan rumah tangga dan anaknya. Penghasilan dalam sehari beliau hanya mendapatkan 70rb kurang lebih. Hari demi hari. tahun demi tahun dia jalani hidupnya sebagai tukang balon keliling yang tiap hari mengayuh sepeda dengan jarak yang berkilo-kilo meter jauhnya.
Hampir tiap malam bapak Alwii selalu tertidur sambil memeluk sepeda sederhananya dipinggir jalan trotoar . Hanya angin dan debu jalanan yang meyelimuti beliau saat tertidur dipinggir jalan. Ketika saya bertanya mengapa bapak selalu tidur dipinggir jalan ini?

Dia menjawab “Iya, hampir tiap malam saya tidur di pinggir jalan ini soalnya kalo dirumah saya selalu di ganggu sama anak saya yang paling kecil jadi gak bisa tidur dengan tenang , tiap ketemu saya pasti mintanya duit jajan terus kan saya gak selamanya menghasilkan banyak duit, makanya saya lebih merasa nyaman dan merasa tenang tidur di jalan ini dari pada mendengar anak saya merengek meminta duit , ketika saya sendiri gak punya duit" Ucap bapak tiga anak ini. Mendengar perkataannya hati saya sangat malu karena mengingat betapa serupanya saya dengan anak2 Pak Alwi.

Pada malam itu saya mengunjungi rumahnya yang berada di daerah Cilodong dan dengan senang hati dia mengizinkan saya berkunjung kerumahnya. “kamu ikutin saya aja dari belakang”ujarnya.
Perjalanan menuju rumahnya sangat jauh, apalagi dengan menggunakan sepeda, saya yang mengikuti dan melihat dia dari belakang hampir terbawa perasaan melihat dia mengayuh sepedanya di jalan yang mendaki dan sangat jauh, dia mengayuh sepedanya penuh semangat dengan keringat yang bercucuran diwajahnya. Sesampai dirumahnya dia mempersilahkan saya masuk, dan ketika saya melihat keadaan dalam rumahnya yang hampir di katakan tidak layak huni untuk ketiga anaknya, ya Tuhan... air mata saya hampir tidak bisa tertahan lagi tapi untung semua itu bisa tertutupi oleh senyum mereka. Wajah dari seorang tukang balon  itu penuh dengan keringat hingga wajahnya sampai memerah itu tandanya betapa lelahnya dia mengayuh sepedanya dengan perjalanan yang tidak dekat itu, tetapi senyum dan bahagia itu masih terlihat di raut wajahnya yang sudah hampir menua itu. Disini, di tempat ini, di keluarga ini, di bawah rumah kontrakan yang kecil ini, betapa banyak nilai kehidupan yang bisa saya ambil sendiri dengan melihat keadaan dan kerja kerasnya dalam menjalani hidup.
Kalau boleh jujur ini kali pertama saya terjun langsung untuk meliput keadaan orang-orang seperti Pak Awi ini dan itu semua membuat saya sadar akan kerja keras seorang tulang punggung keluarga yaitu "Ayah" untuk menghidupi anak dan istrinya.

Pak Awi yang sedang tertidur





Pak Awi sedang mengikat balonnya
Pak Awi saat mengayuh sepeda
Di kamar sederhana inilah mereka terlelap
Kondisi dapur rumah pak Alwi
Sedikit berbagi untuk keluarga pak Alwi
Walaupun sederhana pasangan suami istri ini tetap saling menyayangi
Kondisi depan rumah kontrakan Pak Alwi
Kondisi dalam rumah 



kondisi dalam rumah sekalian tempat menjamu tamu yang datang(seperti saya)