Bapak Tua Si
Penjual Balon Keliling
Depok, 27/10/2015 seorang bapak tua yang bernama Ayi Alwi yang biasanya di sapa pak Alwi masih
semangat mengayuh sepeda kumbangnya disekeliling perumahan Grand Depok
City (kota kembang) . Dia bekerja sebagai
tukang balon gas sudah hampir 10 tahun lebih tanpa memiliki pekerjaan
sampingan. Tiap hari dia menjalani kerjaan itu penuh dengan semangat dan tanpa
sedikitpun keluhan yang keluar dari dirinya.
Walaupun
hanya bekerja sebagai tukang balon keliling bapak tiga anak ini mampu untuk
menghidupi ketiga anak dan istrinya. Meskipun hasil dari penjualan balon itu
tidak seberapa, tetapi dia tidak pernah mengeluh atas apa yang beliau dapat dalam
menjual balon tersebut. Kalau difikir-fikir penghasilan yang didapat itu tidak
cukup untuk kebutuhan rumah tangga dan anaknya. Penghasilan dalam sehari beliau
hanya mendapatkan 70rb kurang lebih. Hari demi hari. tahun demi tahun dia
jalani hidupnya sebagai tukang balon keliling yang tiap hari mengayuh sepeda
dengan jarak yang berkilo-kilo meter jauhnya.
Hampir
tiap malam bapak Alwii selalu tertidur sambil memeluk sepeda sederhananya
dipinggir jalan trotoar . Hanya angin dan debu jalanan yang
meyelimuti beliau saat tertidur dipinggir jalan. Ketika saya bertanya mengapa bapak
selalu tidur dipinggir jalan ini?
Dia menjawab “Iya, hampir tiap malam saya tidur di pinggir
jalan ini soalnya kalo dirumah saya selalu di ganggu sama anak saya yang paling
kecil jadi gak bisa tidur dengan tenang , tiap ketemu saya pasti mintanya duit
jajan terus kan saya gak selamanya menghasilkan banyak duit, makanya saya lebih
merasa nyaman dan merasa tenang tidur di jalan ini dari pada mendengar anak
saya merengek meminta duit , ketika saya sendiri gak punya duit" Ucap
bapak tiga anak ini. Mendengar perkataannya hati saya sangat malu karena
mengingat betapa serupanya saya dengan anak2 Pak Alwi.
Perjalanan menuju rumahnya sangat jauh, apalagi dengan menggunakan sepeda, saya yang mengikuti dan melihat dia dari belakang hampir terbawa perasaan melihat dia mengayuh sepedanya di jalan yang mendaki dan sangat jauh, dia mengayuh sepedanya penuh semangat dengan keringat yang bercucuran diwajahnya. Sesampai dirumahnya dia mempersilahkan saya masuk, dan ketika saya melihat keadaan dalam rumahnya yang hampir di katakan tidak layak huni untuk ketiga anaknya, ya Tuhan... air mata saya hampir tidak bisa tertahan lagi tapi untung semua itu bisa tertutupi oleh senyum mereka. Wajah dari seorang tukang balon itu penuh dengan keringat hingga wajahnya sampai memerah itu tandanya betapa lelahnya dia mengayuh sepedanya dengan perjalanan yang tidak dekat itu, tetapi senyum dan bahagia itu masih terlihat di raut wajahnya yang sudah hampir menua itu. Disini, di tempat ini, di keluarga ini, di bawah rumah kontrakan yang kecil ini, betapa banyak nilai kehidupan yang bisa saya ambil sendiri dengan melihat keadaan dan kerja kerasnya dalam menjalani hidup.
Kalau boleh jujur ini kali pertama saya terjun langsung untuk meliput keadaan orang-orang seperti Pak Awi ini dan itu semua membuat saya sadar akan kerja keras seorang tulang punggung keluarga yaitu "Ayah" untuk menghidupi anak dan istrinya.
Pak Awi yang sedang tertidur |
Kondisi dalam rumah |